Berita kurang sedap datang dari merek sepeda motor India, Royal Enfield yang berbisnis di Indonesia melalui PT Distributor Motor Indonesia (DMI).
Hubungan harmonis keduanya berakhir di bulan Juli 2020 lalu dan meninggalkan masalah berlarut-larut yang kemudian merugikan pihak konsumen.
Jumat, 2 Oktober 2020 lalu, kantor DMI yang awalnya merupakan head office Royal Enfield di kawasan Mampang, Jakarta Selatan, digeruduk konsumen pemilik motor Royal Enfield yang meradang karena surat-suratnya sampai saat ini belum jelas.
Mereka menuntut penyelesaian surat-surat motor seperti STNK dan BPKB yang terus digantung tanpa kepastian.
Tidak kurang dari 200 orang konsumen pemilik motor Royal Enfield bergabung dalam Komunitas Royal Enfield Bodong (KRIBO) yang dikomandoi Derrick Kurniawan membawa persoalan yang sudah terjadi bertahun-tahun ini.
“Kami 90 persen beli cash, waktu itu menurut dealer STNK jadi 2 sampai 4 bulan, BPKB paling lama 1 sampai 2 bulan. Tapi akhirnya sudah 2 tahun STNK dan BPKB nggak jadi-jadi,” ujar Derrick Kurniawan seperti dikutip dari GridOto.
Ming-Ming, sapaan akrab Derrick Kurniawan menduga, pihak DMI sudah melakukan tindakan pencucian uang konsumen.
“Setelah ditelusuri, ada dugaan DMI memutar uang di bisnis lain. Logikanya, kami Juni 2019 beli, Agustus 2020 disuruh ambil STNK, begitu diambil, STNK masa berlakunya hanya sampai Januari 2021,” curhatnya.
Jumlah kerugian yang ditanggung konsumen Royal Enfield juga tidak kecil, bernilai hingga miliaran rupiah.
“Karena dari database kami ada 200 orang yang belum dapat surat-surat, sementara untuk pengurusan dokumen setiap satu motor, konsumen rata-rata sudah habis Rp 14 juta. Jadi kalau ditotal sekira Rp 2,8 miliar,” lanjut Ming-Ming.
Senada dengan curhatan tersebut, Donny Hendaris, Presiden Royal Riders Indonesia (RORI) juga menyebut saat ini sekira 50-an member di komunitasnya belum mendapatkan STNK dan BPKB.
Padahal rata-rata pembelian unit motor berlangsung sejak awal hingga akhir tahun 2019 lalu.
Donny menjadi salah satu pemilik motor Royal Enfield yang intens melakukan komunikasi dengan DMI. Menurutnya memang ada masalah internal di DMI yang tidak bisa disampaikan secara terbuka.
“Masalahnya nggak bisa saya jelaskan. Namun DMI sudah berkomitmen untuk menyelesaikan semuanya,” jelas Donny yang membeli Royal Enfield Classic 500 dikutip dari KabarOto.
Pemilik Royal Enfield dijanjikan setiap minggu akan ada 20 sampai 30 surat-surat motor lewat biro jasa,” tambahnya.
Menanggapi persoalan ini, Ubeng, Staf General Affair DMI berusaha menemui pendemo dan bernegosiasi dengan konsumen yang datang.
“Saat ini surat-surat sedang diproses, tiap Jumat akan diupdate nama-nama yang akan dibuatkan surat-suratnya,” pungkas Ubeng.