Minggu, September 15, 2024
Lainnya
    BeritaOjek Online Mangkal Sembarangan Tempat, Siapa yang Salah?

    Ojek Online Mangkal Sembarangan Tempat, Siapa yang Salah?

    Kehadiran ojek online (Ojol) memang sangat membantu sejumlah masyarakat. Bagaimana tidak, keberadaan ojol yang menggunakan sepeda motor sebagai alat transportasi dianggap mampu memangkas waktu di tengah kondisi jalan macet.

    Belum lagi, karena pemesanan ojol kerap mendapatkan potongan harga, sehingga ongkosnya jadi lebih murah dan membuat semakin banyak orang yang menggunakannya.

    Namun begitu, ada masalah yang kini sedang dirasakan dengan hadirnya ojol, yaitu sejumlah pengemudi ojol justru mangkal di sembarangan tempat.

    Menurut Pemerhati Masalah Transportasi, Budiyanto fenomena ojol mangkal di sembarang tempat, sebagai salah satu gambaran fenomena sosial yang perlu direspon oleh pihak-pihak yang berkompeten.

    “Di dalamnya adalah operator atau pengemudi, penyedia jasa aplikator dan pemangku kepentingan yang bertanggung jawab dibidangnya,” ungkap Budi dalam pesan tertulis, Selasa (12/11/2019).

    Budi juga menyatakan, situasi fenomena ojol yang mangkal di sembarangan tempat sebagai salah satu cermin rendahnya disiplin para pengendara, sekaligus mencerminkan ketidak berdayaan petugas dalam menertibkan masalah ojol.

    Kata Budi, ada baiknya pemangku kepentingan di bidang lalu lintas dan angkutan jalan bertanggung jawab membuat formulasi yang tepat untuk mengatur perkembangan ojol.

    “Karena secara empiris dan hasil wawancara dengan pengurus komunitas pada transportasi ojol ini menunjukan trend perkembangan yang tidak terkendali, supply and demand nya tidak seimbang. Artinya ojol lebih banyak dibandingkan pengguna jasanya,” katanya.

    Banyaknya ojol dibandingkan penggunanya, lanjut Budi, situasi tersebut berakibat munculnya ojol-ojol yang mangkal di sembarangan tempat, terutama di sekitar centra- centra ekonomi dan pusat konsentrasi manusia seperti terminal, stasiun kereta dan lain-lain.

    Selain itu, dengan banyaknya ojol mangkal, hal ini menimbulkan wajah kesemrawutan dan terganggunya kinerja lalu lintas dan angkutan jalan. Sebaliknya, pengendara ojol terkesan mengabaikan keselamatan karena saling berebut untuk mendapatkan penumpang dengan mangkal di sembarang tempat.

    “Aparat terkesan tidak berdaya karena banyaknya ojol, penjagaan dan pengawasan terbatas, dan tidak konsisten sehingga menciptakan ruang untuk melakukan  pelanggaran,” tuturnya.

    Minim Lapangan Pekerjaan

    Kehadiran ojol memang membuka lapangan pekerjaan baru. Budi sendiri mencatat, berdasarkan data yang diperoleh, perkembangan ojol mencapai 500 ribu di wilayah Jakarta, Bekasi, Depok, dan Tangerang,

    Menurut Budi, keberadaan ojol, sebagai bentuk respon terbatasnya lapangan pekerjaan formal, sehingga menggiring pada mindset masyarakat yang belum mendapatkan pekerjaan formal untuk mendapatkan pekerjaan dengan persyaratan mudah dan tidak bertele-tele.

    “Yang penting memiliki sepeda motor, SIM dan fasilitas aplikasi HP android. Ini fenomena sosial yang tidak bisa dibendung karena untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan yang mendasar sebagai manusia atau hukum kausalitas,” tutupnya.

    Populer
    Berita Terkait