Senin, April 21, 2025
Lainnya
    BeritaIntip Perbandingan Harga BBM di Indonesia Dengan Pasar Dunia

    Intip Perbandingan Harga BBM di Indonesia Dengan Pasar Dunia

    Harga minyak mentah dunia kini mengalami lonjakan cukup tinggi. Bahkan akibat kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) yang meroket membuat beberapa negara mengalami krisis energi.

    - Advertisement -

    Menurut Direktur Utama PT Pertamina (Persero), Nicke Widyawati, tingginya harga minyak dunia membuat Pertamina sebagai BUMN energi melakukan perencanaan yang akurat dengan menyeimbangkan antara aspek ketahanan energi nasional dan kondisi korporasi.

    Kata dia, Pertamina bukan hanya menjaga pasokan secara nasional, tetapi juga per wilayah hingga SPBU, karena stok yang diperlukan untuk masing-masing wilayah berbeda untuk jenis produknya.

    - Advertisement -

    “Kita tidak menyamaratakan jumlah untuk seluruh daerah, tetapi disesuaikan, karena ada daerah yang solarnya tinggi, ada yang Pertalite-nya tinggi, ada juga Pertamax-nya. Ini kita coba lihat satu per satu dengan digitalisasi SPBU,” ungkap Nicke dalam keterangannya.

    Maka dari itu, PT Pertamina akan tetap menjaga pasokan minyak mentah, baik BBM maupun LPG agar berada di level aman dan dapat dikontrol melalui sistem digital.

    - Advertisement -

    Menurut Nicke, dengan peningkatan harga minyak dan gas, maka tantangan berat di sektor hilir adalah harga keekonomian produk meningkat tajam.

    Perbandingan harga

    Ilustrasi pegawai SPBU Pertamina sedang mengisi BBM pada sebuah mobil.
    Ilustrasi pegawai SPBU Pertamina sedang mengisi BBM jenis solar pada sebuah mobil.

    Meski jika dilihat secara ekonomi harga minyak mengalami kenaikan, namun bagi Pertamina, harga jual BBM per Juli 2022 yang ditetapkan pemerintah masih tergolong rendah.

    Per Juli 2022, untuk Solar CN-48 atau Biosolar (B30), dijual dengan harga Rp 5.150 per liter, padahal harga keekonomiannya mencapai Rp 18.150.

    Jadi untuk setiap liter solar yang dijual di SPBU Pertamina di Indonesia, pemerintah membayar subsidi Rp 13 ribu.

    Untuk Pertalite, saat ini harga jual di SPBU Pertamina berkisar Rp 7.650 per liter, sedangkan harga pasar saat ini sekitar Rp 17.200.

    Dengan begitu, untuk setiap liter Pertalite yang dibayar oleh masyarakat, pemerintah mensubsidi Rp 9.550 per liternya.

    Untuk Pertamax, Pertamina masih mematok harga Rp 12.500 di setiap SPBU. Harga untuk RON 92 masih terjangkau, jika dibandingkan kompetitor yang menetapkan harga sekitar 17 ribu. Karena secara keekonomian harga pasar telah mencapai Rp 17.950

    “Kita masih menahan dengan harga Rp 12.500, karena kita juga pahami kalau Pertamax kita naikkan setinggi ini, maka shifting ke Pertalite akan terjadi, dan tentu akan menambah beban negara,” ujar Nicke.

    Kata Nicke, pemulihan ekonomi pasca pandemi, telah berdampak pada meningkatnya mobilitas masyarakat, dimana penjualan BBM menjadi ikut naik.

    Bila tren ini terus berlanjut, lanjut Nicke, maka diprediksi Pertalite dan Solar akan melebihi kuota yang ditetapkan pemerintah.

    BBM bersubsidi harus tepat sasaran

    Oleh karena itu, pemerintah sedang melakukan revisi dari Perpres No.191 tahun 2014, khususnya mengenai kriteria kendaraan yang berhak menggunakan BBM subsidi.

    Menurut Nicke, Pertamina harus menjaga kuota BBM bersubsidi, agar tidak over kuota.

    Apalagi berdasarkan data Kementerian Keuangan, sebanyak 40 persen penduduk miskin dan rentan miskin hanya mengkonsumsi 20 persen BBM, tetapi 60 persen teratas mengkonsumsi 80 persen BBM Subsidi.

    Pertamina harus memastikan bahwa BBM Subsidi dipergunakan oleh segmen masyarakat yang berhak dan kendaraan yang sesuai ketentuan.

    “Untuk itu, kita pun harus memastikan ketersediaan BBM dan LPG non subsidi, sehingga masyarakat yang tidak berhak membeli BBM dan LPG subsidi, bisa dengan mudah mendapatkan BBM dan LPG non subsidi,” pungkas Nicke.

    OLXers mau cari mobil bekas berkualitas bisa lihat di OLX Autos.

    Populer
    Berita Terkait